Bahagia mendapat kabar kehamilan?
![]() |
www.duniakebidanan.com |
Dalam sebuah keluarga, kedatangan
si kecil memang selalu ditunggu. Membayangkan tingkahnya yang lucu dan
menggemaskan saja sudah tidak sabar rasanya ingin tertawa bahkan sampai
menangis.
Namun, menjadi ibu hamil ataupun
calon ayah itu ternyata gampang-gampang susah. Ini menyoal sederet panjang
larangan yang diawali kata ‘jangan’ dan selalu mengandung kata ‘katanya’. Entah
kata siapa, yang jelas larangan tersebut dari yang semula mitos menjelma
menjadi semacam kebenaran sejati.
Larangannya macam-macam, biasanya
bergantung budaya dan daerah masing-masing di Indonesia. Misalnya,
adanya
larangan untuk tidak menyembelih binatang, yang katanya bisa membuat fisik si anak
seperti binatang yang disembelih. Lalu, makan berpiring cobek, yang katanya
bisa menyebabkan si anak bermulut lebar. Lain-lain seperti, mengalungkan handuk
di leher, keluar saat menjelang maghrib, memberi atau menerima sesuatu dengan melintasi
pintu, dan lain sebaginya.
Entah kata siapa, bermula dari
siapa, yang jelas ‘katanya’.
Lucunya, banyak calon ibu dan
ayah yang awalnya—ketika masih belum menikah sampai dengan belum ada kehamilan
anak pertama—tidak percaya atau bahkan menganggap hal tersebut sebagai sesuatu
yang ‘konyol’, tiba-tiba menjadi patuh dan sangat menjaga untuk tidak melakukan
larangan itu.
Nah, bagaimana dengan Anda? Percayakah
Anda dengan larangan-larangan tersebut?
Kalau menurut nenek saya, yang
ketika itu juga menginformasikan sejumlah larangan untuk ibu hamil kepada saya,
beranggapan bahwa sebenarnya percaya tak percaya. Percaya kok ya konyol memang,
tidak percaya kok ya beberapa kali kejadian. Nenek juga berpesan bahwa cukuplah
larangan itu saya ketahui dan tidak perlu disampaikan kepada anak saya kelak.
Nah, masih menurut nenek,
sebetulnya mungkin yang membuat mitos-mitos itu menjadi kenyataan bukanlah
karena dilanggar, melainkan karena sakit hati yang dirasakan orang tua.
Maksudnya begini, biasanya orang yang tidak percaya dengan mitos itu akan
tertawa bahkan menyanggahnya dengan sangat saat mendengar imbauan itu dari
orang tuanya. La, karena respons itu orang tua menjadi sakit hati dan akhirnya
terjadilah.
Harusnya, jika memang tidak
percaya, cukuplah didengarkan imbauan dari orang tua dengan khidmat. Jika
memang nantinya tidak dilakukan, ya sudah. Tetaplah bersikap sopan dan
hargailah imbauan tersebut sebagai bentuk kepedulian dan kasih sayang dari
orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar