Jelas terdengar oleh saya sendiri, hati saya sangat ingin
membantu mereka menyeberang. Namun, yang saya lakukan hanyalah melongo sambil konsentrasi
memandang mereka dan masih di boncengan, tanpa menepuk pundak suami untuk
menepi dan menghentikan motor, lalu membantu mereka sampai di seberang jalan.
Setelahnya, seperti biasa saya tutup drama sore itu dengan sesal. Sudah, titik.
Tubuh Belum Terbiasa Berbuat Baik
Melihat respons tubuh yang lamban, saya berpikir. Apa yang
tidak tepat pada diri saya? Padahal itikad baik dalam hati dan pikiran saya
melesat cepat saat kali pertama mata melihat individu yang butuh pertolongan. Tetapi,
tindakan yang lamban membuat saya beranggapan ‘halah, sudah terlambat’.
Setelah saya kaji, ternyata tubuh saya kurang terbiasa untuk
menolong orang (yang tidak dikenal). Otot-ototnya kudu dipanasi terlebih dahulu
dalam waktu yang terlampau lama sebelum bertindak.
Mungkin akan lebih baik jika saya melakukannya terlambat,
tapi melakukannya. Daripada sudah tahu terlambat dan membiarkan saja. Semoga,
dengan berlatih terus-menerus tubuh saya akan terbiasa berbuat baik secara
cepat, tepat, dan otomatis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar