Sabtu, 02 Juli 2016

Menyoal Kasus Guru Cubit Siswa

Ini adalah sebuah celoteh dari sahabat saya dalam akun Facebooknya. Sebut saja namanya Fahmi, yang juga gerah dengan kasus guru yang disidang gegara 'mencubit' siswanya.

Saya dididik di ponpes. Setiap hari jumat seusai salat jumat, tim keamanan pesantren akan naik mimbar, mengumumkan siapa saja santri yang absen salat berjamaah, 1x absen 5 x cambukan. Sungguh hari mendebarkan buat santri semacam saya, bandel dan pembangkang. Kebetulan hari jumat itu bpak saya melakukan kunjungan ke pesantren dan disebutlah nama saya dengan catatan 3 x absen salat jamaah. Kemudian saya maju ke depan mimbar dan kepala asrama sudah siap dengan cambuknya, tapi sebelum melakukan cambukan beliau bertanya pada bpak saya yang kebetulan berada di shaf pertama "pak ini anaknya perlu diapakan?
Saya yg memukul atau bpak sendiri yg memberi pelajaran.?", dengan lantang bpak saya bilang "cambuk ust seperti biasanya, kalau bisa yang lebih keras" seluruh santri tertawa riuh, lalu dicambuklah saya 15 x, setiap 5 x saya akan duduk kesakitan tapi saya berhasil bertahan dari 15x cambukan, sesudahnya saya menemui bpak saya dg pincang, "kapok" ujar bapak saya. Bapak macam apa saya pikir, tapi itulah cinta seorang bpak pada anaknya, lalu saya dibelikan bakso dan makan sepuasnya di warung Supar. Jujur kalau saya jadi bpak kelak, saya akan melakukan seperti yg dilakukan bpak saya.
Mental dibangun dari sini. Jadi bisa dipertaruhkan dari mana generasi unggul dilahirkan.
Sekian cerpennya

Wah, sontak saja celoteh Fahmi pada Sabtu, 30 Juni 2016 ini menuai banyak dukungan dan respons positif. Tidak tanggung-tangung, coretannya dibagikan oleh banyak pengguna Facebook dengan harapan bisa memberikan pencerahan.

Oh Oemar Bakri, Oemar Bakri....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar